Tak bisa dipungkiri jika  ponsel Cina berhasil merebut pasar ponsel tanah air, khususnya di segmen  menengah bawah. Bahkan, lewat tipe QWERTY murahnya, ponsel lokal asal  Cina tersebut berhasil meluluhlantakkan penetrasi pasar ponsel branded.
  Tawaran harga murah plus disain yang terbilang menarik menjadi pemicu  masyarakat beralih ke ponsel Cina. Memang sih, disain yang dipakai  ponsel lokal asal Cina tersebut kebanyakan merupakan tiruan atau  jiplakan dari konsep disain ponsel branded. Namun, dengan selisih harga  yang cukup besar dengan ‘aslinya’ maka pilihan masyarakat cenderung ke  ponsel lokal.
Bayangkan saja, dengan hanya budget Rp 500 ribuan  konsumen bisa mendapatkan ponsel dengan kelengkapan fitur tak kalah  lengkap dengan ponsel branded yang berbanderol Rp 1 juta-an ke atas.   Ada kamera, player MP3-video, slot kartu memori hingga Bluetooth. 
Bahkan,  gembar-gembor promosi akan kemampuan akses beragam situs jejaring  social macam facebook terbukti mampu dimanfaatkan vendor lokal untuk  lebih memikat pasar. Ya … meskipun kemampuan yang tersedia hanya sebatas  shortcut link, bukan aplikasi. Jadi, sebetulnya bisa dilakukan oleh  ponsel apapun yang bisa akses internet via GPRS/3G.
Tak mau kalah  dengan penetrasi ponsel lokal, beberapa pabrikan branded pun mencoba  ikut ambil bagian dalam persaingan. Sebut lah vendor Korea: Samsung dan  LG. Samsung, lewat keluarga Corby-nya mulai merangsek ke pasar, yang  hasilnya tercatat cukup menggembirakan dimana respon masyarakat terlihat  cukup baik. Begitu pula LG, melalui ponsel QWERTY-nya berlabel GW300.
Awal  kemunculan, ponsel bikinan LG dan Samsung tersebut dilego sekitar Rp  1,5 juta-an. Dengan strategi dagang yang baik plus didukung media promo  yang oke maka kedua vendor tersebut berhasil ‘diterima’ pasar. 
Bahkan,  produk Corby Samsung terkesan mampu menggeser ponsel Nokia, yang di  rentang harga ini vendor asal Finlandia tersebut diketahui tak memiliki  line up product yang cocok. Memang ada Nokia E63, tapi waktu itu harga  banderolnya masih diatas Rp 2 juta-an, hingga kalah respon dengan ponsel  Corby Samsung.
Nokia C3 Masuk Pasar, Banderol Kompetitif,  Menang Popularitas
Kini Nokia tampaknya mulai memberikan  persaingan untuk para ponsel QWERTY tandingan, baik keluaran distributor  lokal maupun pabrikan branded rivalnya. Lewat ponsel QWERTY terbarunya  C3, Nokia coba kembali merebut ‘kue’ yang selama ini diambil alih  pesaingnya.
Nokia C3 hadir dengan  konsep keypad full QWERTY. Inilah Nokia platform seri 40 pertama yang  yang mengusung disain QWERTY semacam ini. Sebagai perlawanan dengan  ponsel lain, Nokia C3 memiliki kemampuan mengakomodasi akses jejaring  social dengan bagus. Lewat ponsel ini pengguna bisa melihat, membuat,  mengomentari dan memperbaharui status mereka di jejaring social seperti  facebook dan twitter langsung dari layar utama. 
Apalagi, banderol yang  ditawarkan Nokia C3 tercatat cukup kompetitif yakni Rp 1.159.999,-.  Untuk ketersediaan, Nokia C3 mulai beredar dari tanggal 6 Juni 2010.  Malahan, sesuai program Nokia, seri C3 ini akan dijual secara khusus  hari Sabtu, 5 Juni nanti di 10 kota besar terpilih, dengan harga  special. Untuk wilayah Jakarta akan ada di Plaza Senayan.
Untuk  peluncuran Nokia C3, Indonesia merupakan yang pertama kalinya, dimana  Nokia menganggap Indonesia memiliki potensi pasar yang sangat besar.  Mungkin itulah yang tersirat dari pernyataan Bob McDougall, Country  Manager Nokia Indonesia.
Lewat banderol yang cukup murah tersebut  maka bisa diprediksikan Nokia akan mampu menggeser dominasi ponsel  QWERTY Cina, yang belakangan ini merajai pasar ponsel QWERTY murah.  Imbasnya, banyak produk akan menurunkan label harga produknya, mengingat  vendor-vendor pesaing Nokia terkesan tak mau berhadapan langsung dengan  pabrikan asal Finlandia tersebut, kalah popularitas.
  Hasilnya banyak ponsel  QWERTY branded serta merta menurunkan banderol harganya agar tetap  diminati konsumen, sebagaimana langkah antisipasi bilamana C3 hadir di  pasar. Sebutlah Samsung CorbyTXT yang kini cuma dibanderol Rp 1 juta,-.  Juga, LG GW300 yang dilego Rp 900 ribu. 
Efek kedepannya lagi,  ponsel lokal makin sulit menentukan harga jual, dimana mereka harus  menjaga ‘jarak aman’ dengan ponsel branded. Sekaligus, mereka harus  bersaing dengan sesame vendor lokal, yang mana memiliki kualitas dan  bentuk produk yang hamper serupa, begitu pula dengan harga banderolnya.
Untuk  fitur, Nokia C3 memang memanjakan calon penggunanya. Di ponsel ini ada  kamera 2 MP dan Nokia Messaging, yang memungkinkan pengguna mengatur  email dan chat langsung dari perangkat ponsel, tanpa PC. Nokia Messaging  mendukung akun email Ovi Mail, Gmail, Yahoo! Mail, Windows Live Hotmail  dan lainnya. Nokia C3 pun menyematkan Wi-Fi dan dukungan kartu memori  hingga 8GB.
Untuk tahap awal, Nokia C3 akan tersedia untuk warna  slate-grey. Kemudian akan disusul warna hot pink dan golden white.
Akses  Data, Nokia Kerjasama dengan Operator
Guna mengakomodasi  kebutuhan data untuk akses jejaring social, maka Nokia bekerjasama  dengan 3 operator selular terbesar di Indonesia yakni Telkomsel, XL dan  Indosat. Pihak operator tersebut bakal menawarkan beragam opsi paket  internet yang dibutuhkan pelanggan, sesuai kebutuhan. 
Paket  internet tersebut meliputi Nokia Messaging (push email dan chat) dan  Nokia Communities (Facebook dan Twitter). Nantinya konsumen bisa memilih  berlangganan secara harian, mingguan dan bulanan.
Khsusus bulan  Juni, pengguna Telkomsel bisa berlangganan Nokia messaging secara  gratis. XL menyediakan paket Rp 500/hari (kuota 1MB), Rp 5.000/7 hari  (kuota 5MB) dan Rp 30.000/30 hari (kuota 15MB). Sementara itu, Indosat  menyediakan paket gratis mulai tanggal 1 hingga 16 Juni.
Berdasarkan  informasi didepan, maka Nokia terlihat bersaing pula dengan BlackBerry.  Nah, tinggal bagaimana keduanya menyikapi persaingan ini. Pastinya,  konsumen menunggu siapa yang akan memberikan layanan yang paling baik …
Sumber :tabloidpulsa.co.id